Samarinda.. Kota yang bisa di bilang berpenduduk terbesar di Kalimantan. Kota yang di belah oleh "Sungai Mahakam". Kota sekaligus Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur. Bersimbolkan pesut,  dan "tepian" slogan nya.

"Aduh, Samarinda... Tiap hujan dikit, pasti banjir!"
"Ih, gilak.. Jorok banget sih sungainya!"
"Samarinda tiap minggu pasti ada kebakaran aja..."
"Samarinda macet gilakkk!!!"
"Jalannya jelek banget ah!"
"Panas nya keterlaluan!"





Itu merupakan kata bata dari potret kehidupan Samarinda. Begitu sering saya lihat di berbagai media sosial, atau bahkan langsung mendengarnya. Macet, banjir, kotor, menjadi image Samarinda dari kebanyakan orang. Mengeluh, salah satu cara mereka melampiaskannya. Walau jujur, saya juga melakukannya. Namun, apakah kita sadar bahwa mengeluh tak ada gunanya? Mengeluh itu hal kosong yang tidak mungkin bisa merubah kota Samarinda, menjadi kota yang kita inginkan.

Jalan berlubang, debu dan sebagainya. Entah kapan saya bisa mengosongkan pikiran ini dari otak saya. Jika hujan sedikit, banjir, update status, kemudian menjelek-jelekkan. Tidak sadarkah sebagian besar itu terjadi karena ulah kita? Kita melihat, tidak memberikan solusi. Nampaknya keegoisan mengalahkan kita.

Namun, ini adalah kota saya. Tempat dimana saya lahir, saya tinggal. Bagaimanapun, saya harus kembali kesini. Ini kota kita, toleransi cinta kita terhadap kota ini harus di tanamkan.


http://imagizer.imageshack.us/a/img716/6300/cm4n.jpg

Pernah suatu ketika saya benar-benar merasakan nikmatnya berada disini. Ketika saya harus bermalam di sekolah saya, karena ada suatu kegiatan. Pukul 03.00 pagi, saya pulang dengan mengendarai motor. Setelah selesainya keramaian orang-orang pada siang hari, dari macet yang saya rasakan. Sesekali saya tarik nafas panjang, sambil menatap langit dan mengencangkan laju motor saya. Bebas yang saya rasakan, ternyata begini rasanya, Samarinda.

Cuaca yang bisa di bilang cukup unik di Samarinda. Terkadang panas, hujan, atau sekedar gerimis rintik-rintik yang membawa ketentraman ketika merasakannya. Kecintaan saya terhadap kota tua ini semakin bertambah. Saya berharap, semua orang bisa merasakan seperti yang saya rasakan. Kemudian kita bersama-sama berfikir, untuk memajukan kota tercinta.. Samarinda.